Judul: Who Wants To Be A Smiling Investor
Penulis: Lukas Setia Atmaja & Thomdean
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia, 2011
Tebal: xii + 235 halaman
ISBN: 978-979-91-0313-0
Sejarah sering melupakan peran dunia
kartun sebagai guru pengetahuan, yang membuat dunia sulit menjadi mudah, yang
rumit menjadi menjadi sederhana dan kocak, tetapi memberikan inspirasi untuk
membangun kehidupan.
Oleh Garin Nugroho.
Simaklah
dunia komik superhero dari Flash Gordon hingga Superman yang memberikan inspirasi
kepahlawanan hingga imaji tentang teknologi ruang angkasa. Kartun Doraemon,
menurut riset, memberikan identitas masyarakat Jepang senantiasa melahirkan
teknologi yang efesien dan efektif, layaknya kantong Doraemon.
Oleh
karena itu, jangan kaget, buku ini menggunakan kartun sebagai media untuk
memberikan inspirasi cara berinvestasi saham secara bijaksana, efesien, dan
efektif dalam bahasa yang kocak.
Tertawa berpengetahuan
Tertawa
adalah cermin terbesar peradaban masyarakat. Maka, dalam masyarakat yang sehat
dan produktif, semua peran dunia tertawa, dari kartun hingga pertunjukan
komedi, senantiasa diolah secara serius layaknya peradaban itu sendiri.
Buku
kartun investasi pertama ala Indonesia ini memberikan pengetahuan bagi pembaca,
yakni konsep-konsep dasar, elaborasi, analisis, dan kiat-kiat. Sebutlah
perbandingan pengetahuan sederhana, antara konsumsi dengan investasi, disertai
contoh dari kehidupan sehari-hari local Indonesia, sehingga efektif. Inilah
metode berbagai pengetahuan yang diolah serius, ditampilkan secara nakal dan
kocak.
Lewat
kecerdikannya, penulis mengolah bahasa gaul sebgai ruang pengetahuan yang
menjadi daya pengetahuan dan daya hidup masyarakat. Dengan demikian, cara mudah
belajar investasi saham ini mempunyai daya hidup dalam beragam ruang gaul, baik
politik, sosial maupun budaya. Ini terlihat dari gejala-gejala yang
ditampilkan, dari “kartun instruksi” hingga kartun “ponari, obat manjur segala
penyakit”. Buku ini juga menjadi petualangan bahasa gaul, bahkan juga
pelesetan, seperti kata “ The Three Mas Kentheeer”.
Meski
kocak dan dijamin mengendurkan stress, buku ini mampu menjadikan pembaca
seperti layaknya pejalan kaki di sebuah kota metropolitan besar yang
mendapatkan peta praktis menuju tujuannya. Pembaca akan mendapatkan deskripsi
istilah-istilah yang rumit dan asing dalam beragam perspektif investasi saham,
yang diolah dalam bahasa sederhana, disertai contoh kasus. Istilah-istilah yang
biasanya membuat kening berkerut, seperti price
earning ratio (PER) atau return on
equity (ROE), tidak hanya dijelaskan artinya, tetapi juga disampaikan
maknanya dalam konteks sehari-hari.
Tanpa
terasa menggurui, penulis meletakkan beragam moto dan wejangan para praktisi
hingga filsuf ekonomi dalam kaitan dengan saham secara pendek, singkat tetapi
inspiratif dan memberikan dorongan bertindak, serta mengandung pemecahan
masalah. Seperti wejangan William Sharpe, pemenang Nobel Bidang Ekonomi
1992(hlm 97), atau simak petuah Warren Buffet(antara lain hlm 35, hlm 135).
Dengan
kata lain, buku ini mempunyai dua peran penting: mampu membagi pengetahuan dan
menghidupkannya dalam beragam ruang sosial di negari ini dengan jenaka. Simak
bagian tentang takhayul, seperti Friday
13th effect (hlm 201) dan Chinese
numerology effect (hlm 202).
Transformasi teori ke kartun
Tampak
bahwa tantangan dalam membuat buku ini adalah dalam proses kreatif
mentrasformasi teori-teori finansial yang rumit dari Lukas Setia Atmaja, dosen
Finansial Prasetiya Mulya Business School, menjadi kartun lewat goresan
Thomdean dari sindikasi kartunis www.jokersyndicate.com.
Sesekali memang terasa ada kepincangan. Pada saat kartun menjadi media yang
menjelaskan dengan sederhana dan tepat situasi yang terjadi, seperti deskripsi
kenaikan harga saham yang digambarkan dengan orang bermain yoyo sambil naik
tangga. Namun, adakalanya kartum muncul berlebihan , menjelaskan yang sudah
jelas. Ini, misalnya, tampak dalam penggambaran sosok yang sudah jatuh dari
gedung tinggi dan masih terlindas buldoser.
Proses
tarik –menarik antara dunia finansial yang masih rumit dan kartun yang ringan
masih terasa naik-turun di buku ini. Apakah kartun menjadi bagian integral dari
pengetahuan yang hendak disampaikan atau sekedar ilustrasi untuk memberikan
kesan ringan dan mengistirahatkan mata? Dalam beberapa bagian, buku ini juga
tidak sesuai janjinya lewat penampilan yang kocak karena pembaca toh masih
disodori table dan dituntut untuk menghintung sebagaimana alam dari dunia
finansial. Selain itu, untuk sebuah buku panduan awam, keberadaan indeks akan
sangat membantu.
Seorang
teman berolok-olok, buku yang baik seharusnya mampu membawa pembaca layaknya
mengalami perjalanan menjadi seorang samurai. Di sini, pembaca mendapatkan
sebuah perjalanan pengetahuan, mengalami kasus-kasus kehidupan, meraih
kiat-kiat, melakukan rangkuman jurus-jurus dan nilai-nilai dalam setiap tahap,
disertai wejangan-wejangan yang tidak menggurui.
Penggunaan
media kartun untuk menjelaskan finansial membuka ruang bagi remaja, ibu rumah
tangga, wirausaha kecil dan menengah, hingga mereka yang tidak akrab dengan
jargon-jargon pasar modal dan ekonomi untuk masuk ke dalam dunia investasi
tanpa kesasar.
Buku Who Wants To Be A Smiling Investor
memang tidak menjanjikan menjadi kaya itu mudah, tetapi kita bisa belajar
mencari uang lewat dunia saham sambl tertawa karena tertawa itu sehat,
berpengetahuan dan kaya.
GARIN NUGROHO
Budayawan
Sumber: (Koran KOMPAS,
Minggu, 9 Oktober 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar