Sabtu, 26 Mei 2012

Saksi Hidup Menyuarakan Kebenaran

Judul: Memecah Pembisuan: Tuturan Peyintas Tragedi ’65-‘66
Penyunting: Putu Oka Sukanta
Penerbit: Lembaga Kreatifitas Kemanusiaan (LKK) atas dukungan ICTJ dan Yayasan TIFA, 2011
Tebal: xviii + 315 halaman
ISBN: 978-602-99858-0-1

            Tuturan 15 penyintas tragedy 1995/1996 ini hanya segelintir dari ratusan bahkan mungkin ribuan kisah penindasan yang sangat kejam terhadap eksistensi kemanusiaan. Puluhan tahun selama Orde Baru, mereka memendam luka, membungkam fakta atas kejahatan yang terjadi pada masa itu. Buku Memecah Pembisuan menguak kebenaran yang selama ini dibungkam. Kisah dari Medan, Palu, Yogyakarta, Jakarta, Bali, Kupang dan Pulau Sabu membuka sejarah baru.
            Kesaksian para saksi hidup yang menjadi korban kekejaman sebuah rezim menyadarkan, betapa dahsyatkejadian itu menerpa kehidupan orang-orang yang menjadi korban. Penyiksaan fisik dan psikis berlangsung secara sadis-diharuskan bekerja paksa, dipenjara dengan sewenang-wenang, diperkosa, anak-anak tercerai-berai dari ibunya, dan seribu satu macam penderitaan pahit lain. Seorang pengurus Gerwani (cabang Makasar) sempat ditahan bersama bayinya. Demi keselamatan, dia tawarkan bayinya kepada seorang istri tentara. Lima belas tahun kemudia, dengan penuh perjuangan, akhirnya ia bisa bertemu kembali dengan anaknya.
            Karena ketidaktahuan, peristiwa G30S menjadikan banyak keluarga sulit menjalankan kehidupannya dan terbelenggu oleh stigma yang dituduhkan walaupun belum teruji kebenarannya. Reformasi 1998 membuka kesempatan untuk pengungkapan kejahatan pada masa lalu dan memperbaiki tatanan kehidupan demi sebuah masyarakat yang dibangun berdasarkan kebenaran dan keadilan.
(DEW/LITBANG KOMPAS)

Sumber: (Koran KOMPAS, Minggu, 9 Oktober 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar