Kamis, 31 Mei 2012

BAHASA


Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.


Berikut ini adalah pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli:

# BILL ADAMS
Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif


# WITTGENSTEIN
Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis


# FERDINAND DE SAUSSURE
Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain


# PLATO
Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut


# BLOCH & TRAGER
Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.


# CARROL
Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia


# SUDARYONO
Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.


# SAUSSURE
Bahasa adalah objek dari semiologi


# Mc. CARTHY
Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir

# WILLIAM A. HAVILAND
Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu


Bila dilihat dari beberapa definisi dan pengertian mengenai bahasa menurut beberapa ahli diatas, kita bisa melihat bahwa terdapat perbedaan definisi tentang bahasa dimana definisi dari setiap ahli tergantung dengan apa yang ingin ditekankan oleh setiap tersebut. Namun meskipun terdapat perbedaan, nampaknya disepakati bersama bahwa bahasa adalah alat komunikasi. Dan sebagai alat komunikasi , bahasa mempunyai fungsi-fungsi dan ragam-ragam tertentu.
(indahf/Carapedia)

Pencarian Terbaru (100)
Pengertian bahasa. Definisi bahasa. Pengertian bahasa menurut para ahli. Pengertian berbicara menurut para ahli. Pengertian menulis menurut para ahli. Definisi bahasa menurut para ahli. Pengertian lingkungan menurut para ahli.
Definisi berbicara. Bahasa adalah. Pengertian integrasi. Defenisi bahasa. Bahasa menurut para ahli. Definisi berbicara menurut para ahli. Definisi lingkungan menurut para ahli.
Arti bahasa. Pengertian bahasa menurut ahli bahasa. Definisi bahasa indonesia. Pengertian bahasa daerah. Berbicara menurut para ahli. Pengertian sarana. Definisi integrasi.
Pengertian bahasa indonesia menurut para ahli bahasa. Arti bahasa menurut para ahli. Pengertian bahasa sunda. Defenisi bahasa menurut para ahli. Devinisi bahasa. Pengertian bahasa menurut ahli. Pengertian berbahasa.
Ragam bahasa menurut para ahli. Ciri ciri bahasa menurut para ahli. Definisi menulis menurut para ahli. Perbedaan definisi dan pengertian. Bahasa menurut ahli. Pengertian sarana menurut para ahli. Lingkungan menurut para ahli.
Definisi bahasa menurut beberapa ahli. Pengertian menulis menurut para ahli bahasa. Pengertian berbicara menurut para ahli bahasa. Pengertian bahasa menurut pakar. Perbedaan pengertian dan definisi. Pengertian ragam bahasa menurut para ahli. Definisi bahasa menurut ahli bahasa.
Pengertian integrasi menurut para ahli. Lingkungan menurut ahli. Definisi bahasa menurut pakar. Definisi integrasi sosial. Definisi bahasa daerah. Pengertian lingkungan bahasa. Pengertian sistem sosial indonesia menurut para ahli.
Pengertian integrasi sosial menurut para ahli. Maksud ahli bahasa. Pengertian bahasa menurut para pakar. Arti integrasi. Pengertian sehat menurut ahli. Pengertian bahasa menurut kbbi. Integrasi sosial menurut para ahli.
Definisi bahasa menurut ahli. Pengertian dan definisi komunikasi menurut para ahli. Penertian bahasa. Pengertian menulis menurut beberapa ahli. Pengertian bahsa. Pegertian bahasa. Bahasa menurut para ahli bahasa.
Pengertian berbicara menurut beberapa ahli. Pengertian sistem sosial menurut para ahli. Definisi bahasa dari beberapa ahli. Devenisi bahasa. Pengertian integrasi sosial. Pengertian dari bahasa. Pengertian kesehatan lingkungan menurut para ahli.
Pengertian berbicara menurut ahli. Pengertian sarana komunikasi. Definisi fungsi menurut para ahli. Bahasa sebagai sarana komunikasi. Definisi sarana. Pengertian tentang bahasa. Defenisi berbicara.
Pengertian bahasa indonesia menurut beberapa ahli. Pengertian bicara. Definisi tentang bahasa. Pengrtian bahasa. Menulis menurut para ahli. Pengertian bicara menurut para ahli. Fungsi bahasa indonesia menurut para ahli.
Pengertian menulis menurut ahli. Pengertian bahasa menurut pakar bahasa. Definisi menulis menurut ahli. Pengertian sistem bahasa. Definisi menulis. Arti fungsi dan ragam bahasa. Definisi berbicara menurut ahli.
Definisibahasa. Bahasa menurut. Perkembangan bahasa menurut para ahli. Apa pengertian bahasa. Integrasi definisi. Definisi peran menurut para ahli. Definisi sarana menurut para ahli.
Definisi dari bahasa. Difinisi bahasa.

Pengertian Bahasa, Karakteristik Bahasa dan Fungsi Bahasa-Kajian Sosiolinguistik

A.      Pengertian Bahasa
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi “nasi” melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok’.
B.       Karakteristik Bahasa
Telah disebutkan di atas bahwa bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat abitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
  1. Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.
Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.
  1. Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
  1. Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
  1. Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.
  1. Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.
C.      Fungsi-Fungsi Bahasa
Konsep bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran. Bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat atau berfungsi untuk menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit, sebab yang menjadi persoalan sosiolinguistik adalah “who speak what language to whom, when and to what end”. Oleh karena itu fungsi-fungsi bahasa dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topic, kode dan amanat pembicaraan.
  1. Fungsi Personal atau Pribadi
Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal. Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedang sedih, marah atau gembira.
  1. Fungsi Direktif
Dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatuf tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang dikehendaki pembicara.
  1. Fungsi Fatik
Bila dilihat segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa bersifat fatik. Artinya bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu pamit, berjumpa atau menanyakan keadaan. Oleh karena itu, ungkapan-ungkapan ini tidak dapat diterjemahkan secara harfiah.
Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya juga disertai dengan unsur paralinguistik, seperti senyuman, gelengan kepala, gerak gerik tangan, air muka atau kedipan mata. Ungkapan-ungkapan tersebut jika tidak disertai unsure paralinguistik tidak mempunyai makna.
  1. Fungsi Referensial
Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana si penutur tentang dunia di sekelilingnya.
  1. Fungsi Metalingual atau Metalinguistik
Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik. Artinya, bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Biasanya bahasa digunakan untuk membicarakan masalah lain seperti ekonomi, pengetahuan dan lain-lain. Tetapi dalam fungsinya di sini bahasa itu digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahasa di mana kaidah-kaidah bahasa dijelaskan dengan bahasa.
  1. Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi imajinatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan; baik yang sebenarnya maupun yang hanya imajinasi (khayalan) saja. Fungsi imaginasi ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng dan sebagainya) yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya.

Definisi

Kata "bahasa" memiliki paling kurang dua makna dasar: bahasa sebagai konsep umum, dan "sebuah bahasa" (sebuah sistem linguistik tertentu, contohnya "bahasa Prancis"). Ferdinand de Saussure yang pertama kali dengan jelas memformulasi perbedaannya, menggunakan kata Prancis langage untuk bahasa sebagai sebuah konsep dan langue sebagai instansi spesifik dari bahasa.
Bila berbicara mengenai bahasa sebagai konsep umum, beberapa definisi berbeda dapat digunakan untuk menekankan aspek yang berbeda dari fenomena. Definisi tersebut juga memerlukan pendekatan dan pemahaman berbeda, dan mereka memberikan kajian teori linguistik yang berbeda dan terkadang bertentangan.

Kemampuan mental, organ atau insting

Salah satu definisi melihat bahasa pada pokoknya sebagai kemampuan mental yang membuat manusia dapat menggunakan perilaku linguistik: untuk belajar bahasa dan menghasilkan dan memahami penyebutan. Definisi ini menekankan keuniversalan bahasa untuk semua manusia dan dasar biologis dari kapasitas manusia terhadap bahasa sebagai perkembangan yang unik dari otak manusia. Pandangan ini memahami bahasa secara garis besar bawaan lahir, sebagai contoh dalam teori Chomsky mengenai Tata bahasa universal, dan teori ekstrim lahiriah dari Jerry Fodor . Definisi semacam ini sering diaplikasikan oleh orang yang mempelajari bahasa lewat kerangka ilmu kognitif dan dalam neurolinguistik.

Sistem simbolik formal

Definisi lain melihat bahasa sebagai sebuah sistem formal dari isyarat-isyarat yang diatur oleh aturan-aturan kombinasi tata-bahasa untuk mengkomunikasikan suatu makna. Definisi ini menekankan fakta bahwa bahasa manusia dapat dijelaskan sebagai sistem terstruktur tertutup yang terdiri dari aturan-aturan yang menghubungkan isyarat tertentu terhadap makna tertentu. Pandangan strukturalis terhadap bahasa pertama kali diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure, dan strukturalisme-nya tetap menjadi fondasi terhadap hampir semua pendekatan terhadap bahasa pada masa sekarang. Beberapa pendukung pandangan bahasa ini telah menyarankan sebuah pendekatan formal untuk mempelajari struktur bahasa, khususnya formulasi dasar dari aturan-aturan abstrak yang dapat dipahami untuk menghasilkan struktur linguistik yang dapat diobservasi. Pendukung utama dari teori tersebut yaitu Noam Chomsky, yang mendefinisikan bahasa sebagai sebuah kumpulan kalimat yang dapat dihasilkan dari sekumpulan aturan tertentu. Sudut pandang strukturalis biasanya digunakan dalam logika formal, semiotik, dan dalam teori tata-bahasa formal dan struktural, kerangka teoritikal yang banyak digunakan dalam penjelasan linguistik. Dalam filsafat bahasa pandangan ini berhubungan dengan filsuf seperti Bertrand Russell, Wittgenstein muda, Alfred Tarski dan Gottlob Frege.

Alat untuk komunikasi

Definisi lain dari bahasa adalah sebagai sebuah sistem komunikasi yang membuat manusia dapat bekerja sama. Definisi ini menekankan fungsi sosial dari bahasa dan fakta bahwa manusia menggunakannya untuk mengekspresikan dirinya sendiri dan untuk memanipulasi objek dalam lingkungannya. Teori fungsional dari tata bahasa menjelaskan struktur tata-bahasa lewat fungsi komunikatifnya, dan memahami struktur tata-bahasa dari bahasa sebagai hasil dari proses adaptif dimana tata-bahasa telah "disesuaikan" untuk melayani kebutuhan komunikatif penggunanya. Pandangan bahasa ini berhubungan dengan kajian bahasa dalam kerangka pragmatis, kognitif, dan kerangka interaksional, serta dalam sosial-linguistik dan antropologi linguistik. Para teori fungsionalis condong mempelajari tata-bahasa sebagai sebuah fenomena dinamis, sebagai suatu struktur yang selalu dalam proses perubahan saat mereka digunakan oleh para pembicaranya. Pandangan ini menyebabkan kajian tipologi linguistik menjadi penting, karena ia dapat memperlihatkan bahwa proses-proses dari gramatikalisasi condong mengikuti lintasan yang secara terpisah bergantung pada tipologi. Dalam filsafat bahasa pandangan ini sering dikaitkan dengan karya terakhir Wittgenstein dan dengan filsuf bahasa umum seperti G. E. Moore, Paul Grice, John Searle dan J. L. Austin.

Apa yang membuat bahasa manusia unik

Bahasa manusia unik bila dibandingkan dengan bentuk lain komunikasi, seperti yang digunakan oleh hewan, karena ia membolehkan manusia untuk menghasilkan penyebutan yang tak terbatas dari sekumpulan elemen yang terbatas, dan karena simbol dan aturan tata-bahasa dari setiap bahasa secara kebanyakan sering berubah-ubah, sehingga sistem hanya dapat diperoleh melalui interaksi sosial. Sistem komunikasi yang digunakan hewan, di sisi lain, hanya dapat mengekspresikan sejumlah penyebutan terbatas yang umumnya ditransmisikan secara genetik.
Bahasa manusia juga berbeda dari sistem komunikasi hewan di mana mereka menggunakan kategori tata-bahasa dan semantik seperti kata benda dan kata kerja, atau saat sekarang atau masa lalu, untuk mengekspresikan arti yang sangat kompleks. Bahasa manusia juga unik karena kompleksitas strukturnya melayani seluas mungkin fungsi dibandingkan sistem komunikasi lainnya.
Bahasa juga unik karena ia memiliki properti penting yang mengatur elemen-elemen menjadi struktur-struktur rekursif; hal ini membolehkan, sebagai contohnya, frasa kata benda mengandung frasa kata benda lainnya (seperti pada "bibir simpanse") atau suatu klausa mengandung klausa (seperti pada "Saya kira sekarang hujan").

Kajian bahasa

Kajian tentang bahasa, linguistik, telah berkembang menjadi sains sejak deskripsi pertama tata-bahasa dari bahasa tertentu di India lebih dari 2000 tahun lalu. Linguistik sekarang adalah sebuah sains yang memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan bahasa, memeriksanya dari semua sudut pandang yang telah dijelaskan di atas.
Kajian akademis terhadap bahasa dilakukan dari banyak disiplin area berbeda dan dari sudut pandang teoritis yang berbeda, semuanya memberikan pendekatan modern terhadap linguistik. Sebagai contoh, Deskriptif linguistik membedah tata-bahasa dari sebuah bahasa sehingga orang dapat mempelajari bahasa tersebut; teoritikal linguistik mengembangkan teori terbaik untuk mengkonsepkan bahasa sebagai sebuah kajian, berdasarkan pada data dari berbagai macam bahasa manusia yang masih ada; sociolinguistik mempelajari bagaimana bahasa digunakan untuk tujuan sosial memberikan kajian fungsi sosial dari bahasa dan deskripsi gramatikal; neurolinguistik mempelajari bagaimana bahasa diproses dalam otak manusia, dan melakukan percobaan mengenai teori tentang kemampuan bahasa; komputasi linguistik dibangun dari teori dan deskripsi linguistik untuk membangun model komputasi bahasa yang terkadang ditujukan untuk memproses bahasa alami, atau mencoba hipotesis linguistik; dan historikal linguistik bergantung pada tata-bahasa dan deskripsi lexical dari bahasa untuk menyelidiki sejarah bahasa tiap-tiapnya dan membangun pohon keluarga-keluarga bahasa dengan menggunakan metoda komparatif.
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/69/Ancient_Tamil_Script.jpg/220px-Ancient_Tamil_Script.jpg
Prasasti Bahasa Tamil kuno di Thanjavur
Kajian formal bahasa dimulai di India oleh Panini, ahli tata-bahasa abad 5 BC yang memformulasikan 3.959 aturan dari morfologi Sanskrit. Pada abad ke-18, penggunaan pertama dari metoda komparatif oleh William Jones memicu tumbuhnya linguistik komparatif.[11] Kajian ilmiah dari bahasa diperluas dari Indo-Eropa ke bahasa secara umum oleh Wilhelm von Humboldt. Pada wal abad 20, Ferdinand de Saussure memperkenalkan ide bahwa bahasa sebagai suatu sistem statik dari unit-unit yang saling berhubungan, didefinisikan lewat pertentangan antara mereka. Dengan memperkenalkan perbedaan analisis bahasa antara diakronik dengan sinkronik, dia meletakkan fondasi dari disiplin ilmu linguistik modern. Saussure juga memperkenalkan beberapa dimensi dasar dari analisis bahasa yang masih menjadi fondasi di banyak teori linguistik kontemporari, seperti perbedaan antara sintagma dan paradigma, dan perbedaan Langue-parole, membedakan bahasa sebagai suatu sistem abstrak (Language), dari bahasa sebagai suatu manifestasi konkrit dari sistem ini (parole).
Sekitar tahun 1960-an Noam Chomsky memformulasikan teori generatif bahasa. Menurut teori tersebut bentuk paling dasar dari bahasa adalah suatu kumpulan aturan-aturan sintaks yang universal untuk semua manusia yang mendasari tata-bahasa dari semua bahasa manusia. Kumpulan aturan tersebut disebut dengan Tata bahasa universal, dan Chomsky menyebutnya sebagai tujuan utama dari disiplin ilmu linguistik. Karena alasan tersebut tata-bahasa dari setiap bahasa hanya penting bagi linguistik, sejauh mereka membolehkan kita memahami aturan universal yang mendasari darimana keberagaman linguistik yang tampak dapat diturunkan.
Sebagai lawan dari teori formal dari sekolah generatif Teori fungsional tata bahasa mengajukan bahwa sejak bahasa secara dasarnya adalah suatu alat, adalah masuk akal untuk mengasumsikan bahwa strukturnya lebih baik dianalisa dan dipahami dengan referensi terhadap fungsi-fungsi yang mereka bawa. Teori fungsional dari tata-bahasa berbeda dengan Teori formal tata-bahasa, di mana yang terakhir mencari untuk mendefinisikan elemen-elemen berbeda dari bahasa dan menjelaskan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain sebagai sistem aturan-aturan formal atau operasi-operasi, namun yang pertama mendefinisikan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh bahasa dan kemudian menghubungkan fungsi-fungsi tersebut dengan elemen-elemen linguistik yang membawa mereka. Kerangka dari Linguistik kognitif menginterpretasikan bahasa dalam bentuk konsep, terkadang universal, terkadang khusus terhadap bahasa tertentu, yang bergantung kepada bentuknya. Linguistik kognitif secara utama lebih memperhatikan tentang bagaimana pikiran membuat makna lewat bahasa.

Bahasa dan bagian-bagiannya

Bila menjelaskan sistem komunikasi simbolik, bahasa secara tradisional terdiri dari tiga bagian: isyarat, makna, dan sebuah kode yang menghubungkan isyarat dengan maknanya. Kajian bagaimana isyarat dan makna digabungkan, digunakan dan diinterpretasikan disebut dengan semiotik. Isyarat dapat dihasilkan dari suara, gestur, huruf atau simbol, bergantung kepada apakah suatu bahasa diucapkan, diisyaratkan atau ditulis, dan semuanya dapat digabungkan menjadi isyarat kompleks seperti kata dan kalimat. Pada saat digunakan untuk berkomunikasi sebuah isyarat disandikan dan dikirim oleh pengirim lewat sebuah kanal kepada penerima yang akan menterjemahkannya (sebuah sinyal).
Beberapa properti yang membedakan bahasa manusia dengan sistem komunikasi lainnya adalah: kesembarangan dari isyarat linguistik, yang berarti tidak adanya koneksi yang terprediksi antara isyarat linguistik dan maknanya; dualitas dari sistem linguistik, yang berarti struktur linguistik dibuat dengan menggabungkan elemen-elemen menjadi struktur luas yang dapat dilihat dalam tingkatan, contohnya: bagaimana suara membentuk kata dan kata membentuk kalimat; elemen-elemen bahasa yang berlainan, yang berarti elemen pembentuk isyarat linguistik terbentu dari unit yang berlainan, contohnya suara dan kata, yang dapat dibedakan satu sama lain dan tersusun ulang dalam pola yang berbeda; dan produktivitas dari sistem linguistik, yang berarti elemen linguistik yang terbatas dapat digabungkan menjadi kombinasi yang tak terbatas secara teori.
Aturan mengenai isyarat mana yang dapat digabungkan membentuk kata dan kalimat disebut dengan sintaks atau tatabahasa. Suatu makna yang terhubung kesetiap isyarat-isyarat, kata-kata dan kalimat disebut dengan semantik. Pembagian bahasa dalam suatu sistem isyarat dan makna yang terhubung tetapi berbeda dapat dilihat kebelakang berdasarkan kajian linguistik dari de Saussure dan sekarang digunakan hampir disemua bagian linguistik.

Semantik

Bahasa mengekspresikan makna dengan mengaitkan sebuah isyarat dengan maknanya. Bahasa tersebut haruslah memiliki kosa kata isyarat yang berkaitan dengan makna tertentu -- isyarat Inggris dari "anjing" menandakan, misalnya, anggota dari jenis Canis. Dalam sebuah bahasa, susunan dari isyarat yang berubah-ubah yang terhubung kepada makna tertentu disebut dengan lexicon, dan sebuah isyarat yang terhubung ke sebuah makna disebut dengan lexeme. Tidak semua makna dalam sebuah bahasa direpresentasikan oleh satu kata -- terkadang konsep semantik terkandung dalam morfologi atau sintaks dari suatu bahasa dalam bentuk kategori tatabahasa. Semua bahasa memiliki struktur semantik dari predikat -- sebuah struktur yang mendasari sebuah properti, keadaan atau aksi. Secara tradisional semantik telah dipahami sebagai kajian bagaimana pembicara dan pendengar memberikan nilai benar terhadap suatu pernyataan, sehingga makna dapat dipahami sebagai suatu proses dimana sebuah predikat dapat dikatakan benar atau salah mengenai sebuah entitas, contohnya: "[x [adalah y]]" atau "[x [maka y]]." Baru-baru ini, model dari semantik ini telah dilengkapi dengan model makna yang lebih dinamis yang menggabungkan pengetahuan yang sama tentang konteks dimana sebuah tanda diinterpretasikan menjadi produksi dari makna. Model makna seperti itu dieksplor lebih jauh dalam bidang pragmatik.

Suara dan simbol

Cara suatu bahasa diucapkan menggunakan suara untuk membentuk suatu makna dikaji dalam fonologi. Kajian bagaimana manusia menghasilkan dan memaknakan suara vokal disebut dengan fonetik. Dalam bahasa ucapan makna dikonstruksi bila suara menjadi bagian dari sistem dimana beberapa suara dapat berkontribusi untuk mengekspresikan suatu makna dan suara lainnya tidak. Dalam setiap bahasa yang ada dari sekian banyak suara yang dapat dibuat oleh vokal manusia hanya sejumlah suara yang berkontribusi dalam pembentukan makna.
Suara sebagai bagian dari sistem linguistik disebut dengan fonem. Semua bahasa ucapan memiliki sedikitnya dua kategori fenom berbeda: harakat dan konsonan yang dapat digabungkan menjadi suku kata. Selain segmen seperti harakat dan konsonan, beberapa bahasa juga menggunakan suara dengan cara berbeda untuk menyampaikan suatu makna. Banyak bahasa, misalnya, menggunakan penekanan, aksen, durasi dan nada untuk membedakan makna. Karena fenomena seperti ini bekerja diluar dari sebuah segmen mereka disebut dengan suprasegmental.
Aksara merepresentasikan suara dari perkataan manusia menggunakan simbol visual. Alfabet latin (dan yang berbasis atau diturunkan darinya) adalah berbasiskan representasi dari suatu suara, sehingga kata-kata terbentuk dari huruf-huruf yang secara umum menandakan sebuah konsonan atau harakat dalam struktur dari kata. Dalam naskah suku kata, seperti naskah Inuktitut, setiap isyarat merepresentasikan seluruh suku kata. Dalam naskah logographic setiap isyarat merepresentasikan seluruh kata. Karena semua bahasa memiliki jumlah kata yang sangat banyak, tidak ada naskah logographic yang diketahui eksis. Untuk merepresentasikan suara dari bahasa-bahasa di dunia dalam penulisan, linguis telah mengembangkan International Phonetic Alphabet, dirancang untuk merepresentasikan semua suara yang berbeda yang telah diketahui untuk membantu pemaknaan dalam bahasa manusia.

Tatabahasa

Tatabahasa adalah kajian bagaimana elemen-elemen makna (morfem) dalam suatu bahasa dapat digabungkan menjadi pengucapan. Morfem dapat bebas atau terikat. Jika mereka bebas berpindah dalam pengucapan, mereka biasanya disebut dengan kata, dan jika mereka terikat dengan kata atau morfem lainnya, mereka disebut dengan afiks. Bagaimana suatu elemen makna dapat digabungkan dalam suatu bahasa dikontrol oleh aturan-aturan. Aturan-aturan untuk mendapatkan struktur internal kata disebut dengan morfologi. Aturan-aturan dari struktur internal dari frasa dan kalimat disebut dengan sintaks. Dalam tradisi generativis Chomsky morfologi dilihat sebagai bagian dari sintaks.

Kategori Tatabahasa

Tatabahasa dapat diartikan sebagai sebuah sistem kategori, dan suatu kumpulan aturan-aturan yang menentukan bagaimana kategori-kategori digabungkan untuk membentuk aspek-aspek makna yang berbeda.
Bahasa-bahasa berbeda secara luas dalam apakah suatu kategori dikodekan lewat penggunaan unit kategori atau leksikal. Namun, beberapa kategori sangat umum sehingga hampir universal. Kategori universal itu termasuk pengkodean relasi gramatikal dari peserta dan predikat secara tatabahasa berbeda antara relasinya terhadap predikat, pengkodean dari relasi sementara dan spasial pada predikat, dan sistem dari pelaku gramatikal mengatur acuan dan perbedaan antara pembicara dan penerima dan tentang siapa yang mereka bicarakan.

Kelas-kelas kata

Bahasa mengelompokkan bagian-bagian dari pembicaraan menjadi kelas-kelas bergantung kepada fungsi dan posisi relatif terhadap bagian lainnya. Semua bahasa, misalnya, memiliki perbedaan mendasar antara sekelompok kata yang secara prototipikal mengacu pada sesuatu dan konsep dan sekelompok kata yang secara prototipikal mengacu pada aksi dan kejadian. Kelompok pertama, yang mengikutkan kata seperti "anjing" dan "lagu", biasanya disebut dengan kata benda. Kelompok kedua, yang mengikutkan kata seperti "lari" dan "menyanyi", disebut dengan kata kerja. Kategori umum lainnya adalah Kata sifat, kata-kata yang menjelaskan properti atau kualitas dari kata benda seperti "merah" atau "besar".
Kelas-kelas kata juga memiliki fungsi berbeda dalam tatabahasa. Kata kerja prototipikal digunakan untuk membentuk predikat, sementara kata benda digunakan sebagai argumen dari predikat. Dalam kalimat seperti "Sally lari," predikatnya adalah "lari," karena ia merupakan kata yang menandakan keadaan tertentu tentang argumennya "Sally". Beberapa kata kerja seperti "sumpah" bisa saja memerlukan dua argumen, contohnya: "Sally menyumpahi John". Predikat yang hanya menggunakan satu argumen disebut dengan intransitif, dan predikat yang memakai dua argumen disebut dengan transitif.
Banyak kelas-kelas lain yang ada di bahasa yang berbeda, seperti konjungsi yang berguna untuk menggabungkan dua kalimat dan klausa yang memperkenalkan sebuah kata benda.

Morfologi

Banyak bahasa menggunakan proses morfologi infleksi untuk merubah atau mengembangkan makna dari kata-kata. Dalam beberapa bahasa kata terdiri dari beberapa unit makna yang disebut morfem, kata bahasa Inggris "unexpected" dapat dianalisa terdiri dari tiga morfem "un-", "expect" dan "-ed". Morfem dapat dikelaskan berdasarkan apakah mereka akar dimana morfem yang lain terikat dengan afiks ditambahkan, dan morfem terikat dapat dikelompokan berdasarkan posisinya dalam relasi terhadap akarnya: prefiks lebih dulu dari akar, sufiks setelah akar dan infiks dimasukkan diantara akar. Afiks bertujuan untuk merubah atau mengembangkan makna dari akar. Beberapa bahasa mengganti makna dari kata dengan merubah struktur fonologi dari kata, contohnya kata Inggris "run" dengan kata kerja masa lampaunya adalah "ran". Lebih lanjut morfologi membedakan antara proses infleksi yang merubah atau mengembangkan kata, dan derivasi yang membuat kata baru dari kata yang sudah ada -- contohnya kata Inggris "sing" yang dapat menjadi "singer" dengan menambahkan morfem derivasi -er untuk mendapatkan kata benda dari kata kerja. Bahasa-bahasa berbeda secara luas dalam seberapa banyak mereka bergantung kepada morfologi -- beberapa bahasa, secara tradisional disebut dengan bahasa polisintetik, menggunakan morfologi secara ekstensif, sehingga ia mengekspresikan seluruh kalimat bahasa Inggris dalam satu kata. Contohnya kata Greenlandic "oqaatiginerluppaa"" "Ia memburuk-burukan tentang dia" yang terdiri dari akar ogaa dan enam sufiks.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa

Sabtu, 26 Mei 2012

Kompromi Matriarkat Minagkabau


Judul: Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme, Islam dan Kolonialisme di Minagkabau.
Judul asli: Muslim and Matriachs: Cultural Resilience in Indonesia through Jihad and Colonialism.
Penilis: Jeffery Hadler.
Penerbit: Freedom Institute, 2010.
Tebal: xli + 372 halaman.
ISBN: 978-979-19466-5-0

Gelombang reformisme Islam abad ke-18 mendorong Tuanku Imam Bonjol menggantikan sistem matriarkat di Minangkabau dengan model masyarakat Islam yang ketat merujuk Al-Quran dan Hadis. Ia berusaha mencari kompromi antara adat Minagkabau dan hokum Islam yang kemudian dikenal sebagai doktrin adat basandi syarak, syarak basandi kirabullah. Keputusannya itu menimbulkan konflik di Minangkabau sepanjang abad ke-19 san ke-20. Belanda keluar sebagai pemenang dan menggabungkan Sumatra Barat ke dalam Hindia Belanda.
                Sepanjang abad ke-19, Minangkabau mengalami transformasi dari masyarakat agraris tradisional, yang menempatkan perempuan sebagai pengontrol institusi rumah dan sawah, ke masyarakat colonial, tempat Negara patriarkal memberikan otoritas kepada lelaki untuk berkuasa. Pemerintahan colonial memaksakan kekuasaan patriarkal kepada masyarakat Minangkabau. Perempuan Minangkabau dipaksa mengikuti tradisi yang justru digunakan menentang kuasa mereka sendiri, mengikat mereka di rumah gadang, membatasi akses meraih berbagai peluang baru, dan membatasi ruang gerak mereka.
                Pengalaman sejarah telah menempa hidup orang Minangkabau dalam dialektika kritis atara nilai adat, ide Islam reformis, dan gagasan pembaruan Barat. Berkaca pada konflik berdarah selama Perang Paderi dalam menghadapi ketiga ideology yang bertentangan itu, masyarakat Minagkabau lebih sering menempuh jalur kompromi ketimbang memilih konflik berdarah lagi.
(DRA/LITBANG KOMPAS)
Sumber: Koran KOMPAS Minggu, 17 April 2011